Fokus Banjar - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan
(KKP) berupaya optimal menjalankan visi
misi Presiden Joko Widodo, yakni menjadikan Indonesia sebagai poros maritim
dunia. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyadari, kawasan
Indonesia yang dilalui empat samudera dengan potensi sumber daya kelautan dan perikanan
yang beraneka ragam dan begitu besar harus dikawal dengan baik, tidak
terkecuali di pulau-pulau terluar dan kawasan perbatasan.
KKP
sejak dua tahun lalu telah memprioritaskan pembangunan pulau-pulau terluar dan
kawasan perbatasan sebagai Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT).
"SKPT merupakan
pembangunan pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan dengan basis spasial serta
sektor kelautan dan perikanan sebagai penggerak utamanya", jelas Menteri
Susi.
Program yang dicanangkan ini menjadi sangat strategis
sebagai perwujudan nyata dari Nawa Cita ke-3 yaitu “membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara
kesatuan”.
SKPT dimaksudkan untuk mengakselerasikan
kesejahteraan rakyat melalui pembangunan pulau mandiri dan terpadu. Dari sisi
kelautan dan perikanan, indikator kinerja yang menjadi acuan antara lain:
meningkatnya pendapatan rakyat, produksi
perikanan, nilai investasi, nilai kredit yang disalurkan, ragam produk olahan,
utilitas Unit Pengolahan Ikan (UPI), dan nilai ekspor.
Adapun hal yang akan didorong untuk terintegrasi
dalam setiap pembangunan SKPT, mulai dari pendaratan hasil kelautan dan
perikanan, pengolahan dari hasil kelautan dan perikanan, hingga aspek
pemasarannya. Untuk mengejar efektifitas dan efisensi, SKPT juga akan
dilengkapi sarana dan pransarana yang dibutuhkan untuk para nelayan kembali
melaut, seperti ketersediaan bahan bakar dan kebutuhan logistik untuk melaut lainnya.
Aspek peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penguatan kelembagaan juga
menjadi hal mutlak yang menjadi target prioritas dalam SKPT. Maka dari itu
kebutuhan utama dan penunjang seperti listrik, air bersih, akses jalan, dan
rumah singgah nelayan menjadi hal penting yang tidak bisa dipisahkan dari
pembangunan SKPT.
Tentu pembangunan SKPT ini tidak hanya menjadi ranah
KKP, tetapi juga didukung penuh oleh pemerintah daerah dan
kementerian/lembaga/BUMN terkait. Dengan demikian, terjadi sinergi antara
sektor kelautan dan perikanan dengan sektor-sektor lainnya di lokasi SKPT
dimaksud. "Dari sisi pembiayaan dan investasi, juga perlu dukungan dari
perbankan nasional dan bank swasta nasional lainnya", lanjut Susi.
Tahun 2017, SKPT dikembangkan di 12 lokasi utama
yang tersebar dari Aceh hingga Papua, yaitu Sabang, Mentawai, Natuna, Nunukan,
Talaud, Rote Ndao, Sumba Timur, Saumlaki, Morotai, Merauke, Biak Numfor, dan
Mimika.
Di
bidang SKPT, dicanangkan terdapat 1.010 bantuan kapal penangkap ikan dan alat
penangkap ikan yang akan diberikan. Selain itu, ada pula 10 unit integrated cold storage berkapasitas 500
ton; 450 unit alat budi daya dan 2 unit gudang rumput laut; 36 unit dermaga
apung; serta banyak bantuan sarana dan prasarana lainnya yang bisa dimanfaatkan
untuk peningkatan hasil produksi.
Selain itu, Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL) atau Corporate Social Responsibility (CSR) dari berbagai
BUMN dan Swasta juga diharapkan dapat disalurkan ke lokasi-lokasi tersebut guna
menopang pertumbuhan ekonomi daerah.
0 comments:
Post a Comment